Jumat, 19 Desember 2025

PIKIRAN DAN PENGOBATAN | Emotional Intelligence by Daniel Goleman

> Bagi orang yang sedang sakit, emosi seperti raja sebab pikiran disibukkan dengan rasa takut & seseorang mudah hancur sebab merasa lemah & tak berdaya.

> Kesulitannya adalah > jika petugas medis mengabaikan reaksi emosional dari pasien-pasiennya, terlepas adanya bukti/tidak terkait emosi yang memengaruhi kesembuhan.

> Bagi pasien, informasi dari perawat/dokter memberikan peluang untuk menenangkan/berputus asa.

-----
Pikiran Tubuh: Bagaimana Emosi Memengaruhi Kesehatan.

Robert Ader, seorang ahli psikologi, dalam penelitiannya menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh sama seperti otak yang mampu belajar. Artinya, jalur biologis yang membuat otak, emosi, &  tubuh tidak pernah terpisah tetapi berhubungan erat.

> Hormon yang dilepaskan saat mengalami stress dapat menghubungkan emosi dengan sistem kekebalan tubuh. 
> Katekolamin, kortisol, prolactin, memiliki pengaruh kuat terhadap sel kekebalan.
> Ketika hormon-hormon tersebut tersebar di seluruh tubuh maka fungsi sel kekebalan dihambat.
(Stress menekan perlawanan sistem kekebalan untuk sementara. Apabila stress terus menerus, maka penekanan tersebut bisa permanen).

-----
Dr. Camran Ngechat ahli bedah laparoskopi ginekologi dari Stanford University mengakui adanya peran emosi dalam ilmu kedokteran.

Ia mengungkapkan bahwa seandainya seorang pasien dijadwalkan operasi, namun dia panik & tak mau dioperasi hari itu maka lebih baik diundur & dijadwalkan ulang saat ia merasa tenang sebab ketakutan bisa menyebabkan pendarahan, mudah terkena infeksi, & komplikasi. Maka jauh lebih baik saat ia tenang.

> Hal ini menunjukkan jika > rasa panik & cemas meningkatkan rekanan darah & menyebabkan pembuluh darah melebar.

> Orang yang mengalami kecemasan kronis, mengalami kesedihan & pesimisme berkepanjangan, permusuhan tak henti-hentinya, sinis/kecurigaan terus menerus memiliki resiko >> 2x lipat terserang penyakit asma, arthritis, sakit kepala, tukak lambung, jantung (Mostly these disease happened to people).

> Menurut Peter Kaufman, pejabat kepala Behavioral Medicine Branch of the National Heart, Lung, & Blood Institute menjelaskan jika belum bisa dipastikan apakah amarah/sikap bermusuhan menjadi penyebab timbulnya penyakit arteri koroner awal/akan memperparah jika penyakit jantung menyerang, atau keduanya.

Akan tetapi jika amarah terus menerus berulang menyebabkan stress tambahan bagi jantung dengan meningkatkan laju denyut jantung & tekanan darah.

Apabila jantung berdenyut lebih cepat & tekanan darah tinggi karena terbiasa marah-marah maka bisa menyebabkan >> timbunan plak menumpuk lebih cepat & terjadi arteri koroner.

> Akan tetapi, tidak mengindikasikan juga jika seseorang memiliki perasaan kronis seperti itu akan mudah sakit.

-----

Amarah & Dampaknya 

> Studi di Stanford University medical school terhadap 1.021  pria & wanita yang pernah mengalami serangan jantung memperlihatkan jika kaum pria yang cenderung agresif & suka bermusuhan lebih memiliki risiko terkena serangan jantung berikutnya & jika memiliki kadar kolestrol tinggi maka risiko dari marah menjadi > 5x lipat lebih tinggi.

> Menjadi marah bisa melipatgandakan risiko penyakit jantung bagi orang-orang yang telah memiliki penyakit jantung.

> Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan orang harus menekan amarahnya saat perasaan marah muncul pada tempatnya. Sebab jika berusaha menekan perasaan amarah maka dapat meningkatkan tekanan darah.

> Williams menegaskan hal yang tak kalah penting adalah saat sikap memusuhi muncul yang juga berbahaya bagi kesehatan. Terlebih jika sikap permusuhan itu muncul terus menerus & membentuk gaya kepribadian hingga menjadi sikap curiga & sinisme, ada kecenderungan mencela & berkomentar, dan mudah tersinggung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PIKIRAN DAN PENGOBATAN | Emotional Intelligence by Daniel Goleman

> Bagi orang yang sedang sakit, emosi seperti raja sebab pikiran disibukkan dengan rasa takut & seseorang mudah hancur sebab merasa l...