Rabu, 18 November 2020

Ketika Kawasan Konservasi Terjamah

Beberapa minggu lalu, sosial media dihebohkan oleh foto hang menampilkab seekor komodo menghadang truk pengangkut material. Seketika foto tersebut menjadi perbincangan publik, dari aktivis hingga warga setempat mengkritik pembangunan tersebut. Beberapa orang khawatir adanya truk berdampak pada Komodo yang menjadi korban.

Akan tetapi, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Wiratno, telah menjamin keamanan Komodo dengan mengecek kondisi sekitar dan memastikan tidak ada Komodo yang berada didekat kendaraan. Bahkan setiap pagi para petugas penjaga Komodo diberikan pembekalan untuk memastikan keamanan hewan tersebut.

Meskipun pemerintah telah menjamin keamanan Komodo dalam proses pembangunan Taman Nasional Komodo, warga setempat tetap menolak tindakan pemerintah. Menurut mereka, adanya pembangunan tersebut mengancam ekosistem Komodo, serta akan merubah wasiat leluhur yang mengajarkan bahwa Komodo adalah saudara mereka sendiri. Sebab, Komodo dan warga selalu hidup berdampingan.

Perlu diketahui, pembangunan Taman Nasional Komodo dicetuskan oleh Luhut Binsar Panjaitan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman. Rencana pembangunan ini disebut Jurassic Park, dimana tempat tersebut memiliki pusat penelitian dan mebuat sejahtera warganya.

Sayangnya, keinginan pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan warga setempat dan bertentangan dengan nilai konservasi. Warga tidak mencari pendapatan dari pariwisata di Pulau Rinca. Mereka ingin melindungi hewan-hewan tersebut karena tak ingin populasi Komodo berkurang dan rusak ekosistem nya. 
Malahan hal ini membuat pemerintah seperti kurang dekat dengan rakyat nya. Sebab, pemerintah tidak mengetahui apa yang diinginkan dan mengabaikan warga lokal yang hidup berdampingan serta merawat Komodo sejak dulu. 

Di lain sisi, pembangunan Jurassic Park membawa keuntungan bagi negara, dan menambah Produk Domestik Bruto (PDB). Mungkin pemerintah ingin membuat pariwisata modern agar menarik wisatawan asing dengan jumlah yang cukup besar.

Disayangkan jika Pulau Rinca dijadikan Pulau Bali kedua. Seperti yang kita tahu, Pulau Bali menjadi sektor pariwisata dari wisatawan asing atau lokal, dan mampu menaikkan pendapatan warga lokal. Namun tak bisa dipungkiri, adanya wisata tersebut membuat sejumlah objek atau sumber daya alam rusak karena ulah manusia tak bertanggung jawab. Misal, membuang sampah di laut, aksi vandalisme, dan sebagainya.
Jangan sampai Pulau Rinca rusak karena tangan-tangan jahil, dan hasrat manusia untuk mencapai keinginan nya sendiri.

Jikalau Pulau Rinca ingin dijadikan sektor pariwisata, lebih baik menawarkan pariwisata lokal, dengan kealamian dan memperlihatkan kehidupan asli Komodo tanpa ada campur tangan manusia. Serta menunjukkan bahwa warga dan pemerintah bisa menjaga hewan konservasi.

Perihal Pulau Rinca yang menjadi kawasan konservasi, sebenarnya pemerintah telah mengkhianati tujuan konservasi. Hal ini dinyatakan oleh Gregorius Afioma, peneliti dari Sunspirit for Justice and Peace yang berbasis di Labuan Bajo bahwa izin yang diberikan KLHK untuk pembangunan sarana pariwisata di Pulau Rinca bertolak belakang dengan yang sudah diajarkan dalam merawat kawasan konservasi.

Jika pembangunan tetap dilanjutkan, maka manusia yang akan berkunjung harus mengikuti peraturan yang ada. Kalaupun ada yang melanggar, beri sanksi dengan tegas agar kapok. Bagaimana pun Komodo membutuhkan ketenangan dalam hidupnya agar tidak stress. Untuk itu mari menjaga dan menjalin hubungan baik kepada alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Chalk Giant

What do you know? The story tells about the giant sibling who have a unique names. The female giant was called Shine bacause she...