Penguasaan diri adalah kemampuan untuk menghadapi emosional. Hal ini telah ada sejak zaman Yunani kuno yang berasal dari kata sophroayne (hati-hati dan cerdas dalam mengatur kehidupan; keseimbangan dan kebijaksanaan yang terkendali). Atau orang Yunani menyebutnya sebagai temperantia atau kendali diri, pengendalian tindakan emosional yang berlebihan.
Tujuannya yakni keseimbangan emosi, bukan menekan emosi; setiap perasaan memiliki nilai dan makna. Menjaga emosi yang merisaukan merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi.
Jika emosi ditekan, maka timbul kebosanan dan jarak; bila emosi tak dikendalikan, terlampau ekstrim dan terus-menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, anxiety, dsb. Selain itu, dapat mengganggu kestabilan kita.
Intinya, bukan menjauhi perasaan yang tak menyenangkan agar selalu bahagia, namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung tak terkendali sehingga meniadakan suasana hati yang menyenangkan.
Pada umumnya, suasana hati cenderung mencerminkan batin seseorang.
ANATOMI MARAH
Aristoteles mengungkapkan bahwa manusia boleh marah secara wajar, namun lebih sering amarah muncul karena manusia tak terkendali.
Benjamin Franklin merumuskan bahwa >> amarah itu tak pernah tanpa alasan, tetapi jarang yang alasannya benar.
Amigdala kemungkinan menjadi sumber utama letupan amarah mendadak yang kita rasakan. Namun, di ujung lain sirkuit emosi, neokorteks, bisa menjadi penyebab munculnya amarah yang lebih terukur, misalnya, amarah yang didasarkan pada ketidakadilan dan ketidakjujuran. Ini sebuah amarah yang memiliki alasan alasan yang benar.
Semakin seseorang berpikir mengenai penyebab munculnya amarah maka semakin banyak alasan untuk pembenaran diri menjadi marah.
Tetapi, jika memikirkan segala sesuatunya dari sudut pandang yang berbeda maka akan mengurangi/meredakan amarah.
GELOMBANG AMARAH
Pemicu amarah biasanya terjadi karena perasaan terancam bahaya -bukan hanya fisik, namun simbolis seperti terancam harga dirinya/martabat, diperlakukan tidak adil/dikasari, dicaci-maki/diremehkan, dsb.
Zillman mengungkapkan, bila tubuh berada dalam kondisi tak sabaran, misal sudah marah/cemas, maka ada kemungkinan untuk mengalami emosi yang lebih tinggi.
Amarah dibangun oleh amarah = otak emosional memanas.
Amarah yang tidak terkendalikan oleh nalar mengakibatkan mudah meletus & menjadi tindak kekerasan.
Pada tahap ini, orang tidak mudah memaafkan & tidak bisa berpikir jernih. Yang dipikirkan hanya tindakan membalas dendam & lupa akan akibat yang ditimbulkannya.
OBAT PEREDA AMARAH
Zillman menjelaskan dalam temuan Diane Tice salah satu strategi yang cukup efektif untuk meredakan amarah adalah >> pergi menyendiri sembari mendinginkan amarah tersebut, misal pergi jalan-jalan dengan mobil, jalan kaki dalam waktu cukup lama, berolahraga, menarik napas dalam-dalam, menonton TV, bacaan, film, dsb. Namun, menghibur diri dengan berbelanja dan makan tidak ada pengaruhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar