Rabu, 23 Desember 2020

Kawasan Pusat Perbelanjaan Di Era Pandemi

      Pusat perbelanjaan menjadi salah satu tempat yang menawarkan berbagai macam produk, dari pakaian, kebutuhan rumah tangga, sayur mayur,  hiburan, dan sebagainya. 
Namun di era pandemi yang tak berkesudahan, pusat perbelanjaan beralih fungsi sebagai tempat refreshing dan waktu berkumpul bersama keluarga.

      Hal ini dikarenakan pusat perbelanjaan memberikan penawaran berupa diskon, tiket/voucher, parcel untuk menarik minat pengunjung. Selain itu, tempat ini menjadi alternatif satu-satunya sebagai hiburan tanpa perlu ke luar kota. Jadi pendapatan ekonomi bisa meningkat.

     Ya meskipun tak bisa dipungkiri kawasan ini menjadi titik temu orang dari berbagai daerah, sehingga protokol kesehatan (prokes) harus diterapkan secara tepat dan benar. 
Jadi pusat perbelanjaan bisa memberikan kawasan yang aman bagi pengunjung. 
Seperti yang dikatakan Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk, Stefanus Ridwan, pengunjung merasa aman ke pusat perbelanjaan karena pengelola menerapkan prokes secara ketat.

      Namun tak jarang pula kendala penerapan berasal dari pengunjung. Sebagian tak mau menerapkan prokes dengan benar. Seperti enggan memakai masker dengan alasan sulit bernapas atau tidak terbiasa. 
Untuk itu, diperlukan kontribusi dari pengelola dan pengunjung agar jumlah korban tidak bertambah.

Selasa, 22 Desember 2020

Cinta?

Judul buku : A Man Called Ove
Penulis : Fredrik Backman
Penerbit : Noura Books
Cetakan/tahun terbit : 1, Januari 2016
Halaman : 440
ISBN :978-602-385-023-5

       Buku bersampul warna biru dan bergambar seorang kakek membawa tongkat, dan mobil yang terparkir ternyata menjelaskan pribadi tokoh utama, Ove.
Ove merupakan pribadi yang berpegang teguh pada idealismenya, memiliki kehidupan hitam putih, dan anti sosial.
Dalam hidupnya ada tiga hal yang penting yakni, Sonjaya, Saab, dan kebenaran.

      Saya sempat berpikir karakter Ove merupakan kakek tua menyebalkan, orang yang kesepian, dan hidup sesuka hatinya.  Sebab, ini ditunjukkan dari perkataan atau dialog-dialog yang diutarakan pada tetangganya terkesan menjengkelkan. Namun, perkataan itu bertentangan dengan perilakunya yang menunjukkan kepedulian dan kasih sayang pada orang-orang sekitar. 

      Ini ditunjukkan saat Ove menyelamatkan seseorang yang jatuh pingsan di rel kereta api. Meskipun keadaan di sekitar banyak orang, tapi tak satu pun ingin menyelamatkan. Setelah nya, Ove pergi dari stasiun tersebut dan tak ingin dianggap pahlawan.
Dari adegan tersebut, tindakan lebih dipercaya daripada omong belaka. 
Kasih sayang dan kepedulian bisa dilakukan dimana dan kapan pun. Hidup yang bermanfaat, tapi tidak mengurusi kehidupan orang lain.

         Kisah cinta Ove dan istrinya, Sonjaya, juga menjadi pengiring ke romantisan dalam cerita. Mereka seperti pasangan yang saling melengkapi. Kehidupan Ove yang hitam putih dilengkapi dengan kehidupan Sonjaya yang berwarna-warni. Kamu akan jatuh hati dengan sikap manis mereka. 

      Adapun kekurangan dalam buku seperti, kalimat yang bertele-tele, earphone ditulis dengan kabel plastik, salju ditulis tanah beku. Hal ini membuat pembaca berpikir ulang dan membuang waktu. 

      Saya rekomendasikan untuk menonton film dan membaca buku ini. Kamu akan mendapatkan feel-nya yang berbeda.

Rabu, 16 Desember 2020

Vaksinasi Gratis Pada Masyarakat

Tak terasa Covid-19 telah memporak-porandakan aktivitas masyarakat. Terutama dari segi ekonomi dan kesehatan. Banyak masyarakat yang mengalami inflasi bahkan jumlah pasien Covid-19 setiap harinya menjadi bertambah. Dari ratusan hingga ribuan. Tenaga medis pun kewalahan menangani virus yang diam-diam bersemayam dalam tubuh manusia tanpa ada tanda-tanda khusus ini.

Namun virus itu akan segera berakhir. Sebab pemerintah telah menggratiskan vaksinasi kepada masyarakat Indonesia. Melalui kanal YouTube Sekertaris Presiden, Presiden Jokowi Widodo menyampaikan vaksin Covid-19 diberikan secara gratis ke masyarakat. Kebijakan ini ditempuh setelah menerima masukan dari masyarakat dan menghitung ulang keuangan negara.

Pemerintah menyiapkan dua program vaksinasi, yakni vaksin mandiri atau berbayar dan vaksin bantuan pemerintah. Vaksin bantuan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, pelayanan publik, dan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan penerima bantuan iuran.

Pemberian vaksin kepada masyarakat ini sempat menjadi masalah dikarenakan masyarakat harus membayar untuk mendapatkan vaksin tersebut. Kita tahu bahwa pembelian vaksin itu mahal dan mengeluarkan uang ratusan ribu. 
Tentu adanya pemberian vaksin gratis ini akan memberikan kemudahan bagi masyarakat ekonomi kelas bawah. Dan tidak kah menjadi hak warga negara, yaitu hak kesehatan. Sudah semestinya biaya vaksin ditanggung oleh pemerintah. 

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance Tauhid Ahmad, kapasitas fiskal pemerintah cukup untuk menggratiskan biaya vaksin jika pemerintah mau memberikan prioritas. Anggaran penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional pada 2020 yang belum terserap bisa dialokasikan untuk pengadaan, distribusi, dan vaksinasi.

Dalam APBN 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan Rp 169,7 triliun dengan Rp 40.5 triliun di antaranya untuk pengadaan vaksin. Sebagai perbandingan, anggran kesehatan lebih kecil daripada anggaran infrastruktur yang naik drastis 47,2 persen jadi Rp 417,4 triliun. 

Meskipun telah ada vaksin gratis, pemerintah diminta menambah pilihan vaksin dan jangan hanya bergantung pada vaksin dari Sinovac Biotech yang belum selesai menjalani proses uji klinis. Hingga kini pihak pengembang vaksin itu belum merilis data kemanjuran dari vaksinnya.  

Ada pun beberapa vaksin yang telah melewati uji klinis pada manusia, yakni dari AstraZeneca, Moderna, Bharat Biothec, Novavax, dan sebagainya.
Pemerintah harus memikirkan rencana yang matang untuk pemberian vaksin gratis kepada masyarakat. Sebab ini perihal nyawa, bukan boneka percobaan.

Selasa, 15 Desember 2020

Feminisme Dalam Buku Entrok

Judul : Entrok
Karya : Okky Madasari
Halaman : 286 hlm
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Saat pertama melihat buku ini otak saya langsung terkecoh dan teringat buku stensil. Sebab, cover bagian depan buku menggambarkan seseorang sedang mengaitkan entrok (bh atau bra). Dan dari entrok inilah kisah tokoh utama, Marni, dimulai.

Marni, seorang perempuan Jawa lahir dari keluarga miskin dan tinggal bersama ibunya, belum pernah mendapatkan nafkah dari seorang ayah. Ia dan sang ibu harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dimulai  bekerja sebagai seorang buruh pengupas kulit singkong sampai kuli panggul.

Di masa pubertas, Ia harus bekerja dan mengalami sejumlah diskriminasi gender seperti beberapa tokoh yang meremehkan kemampuannya dikarenakan dia perempuan, dan hasil dari pekerjaan itu dia digaji dengan singkong. Hal ini berbeda dengan laki-laki yang digaji uang. Namun, Marni tetap semangat bekerja karena dia ingin memiliki entrok untuk menopang payudaranya. 

Dia baru mendapatkan upah berupa uang saat menjadi kuli panggul di pasar. Dari hasil upah itu, Marni mulai menabung untuk membeli entrok sekaligus modal untuk menjual sayur dari rumah ke rumah. 
Dari hasil jerih payah berdagang, Ia menjadi seorang perempuan mandiri dan disegani banyak orang.

Dari sanalah, Marni, mendongkrak premis jika perempuan tak semestinya jadi kuli panggul dan harus mengerjakan pekerjaan halus dan enteng seperti mengupas kulit singkong.
Ada perasaan senang saat perempuan berhasil dan menunjukkan eksistensi nya. Sebab, dibutuhkan tindakan untuk mematahkan premis tersebut. Bukan sekedar ucapan semata. 

Perempuan itu berhasil menunjukkan eksistensi nya melalui perkonomian yang dia bangun. Dari perempuan miskin menjadi mandiri dan bekerja keras, hingga disegani oleh masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukkan ketika Marni memberikan upah kepada buruh, dan berdiri di tengah-tengah mereka, ada perasaan bahagia.

Untuk membangun eksistensi tersebut, kita harus mengetahui keadaan di sekitar seperti apa yang akan menjadikan kita bisa terlihat di mata orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti, menjadi seorang seniman dalam tokoh novel Larasati karya Pramoedya Ananta Noer yang digambarkan sosok perempuan bebas dari belenggu laki-laki dan bisa berkarya karena kemampuan yang dimilikinya.
Sebelum menunjukkan eksistensi yang kita miliki. Alangkah baiknya kita mengenal diri sendiri terlebih dahulu.

Meskipun banyak buku yang membahas feminisme. Tapi buku ini patut dibaca sebab dikemas dengan bahasa yang ringan dan memberikan wawasan mengenai sosial kultur masyarakat era 90-an. Pembahasannya pun sangat plural, mulai dari kepercayaan, toleransi, politik orde baru.




The Chalk Giant

What do you know? The story tells about the giant sibling who have a unique names. The female giant was called Shine bacause she...