Selasa, 21 April 2020

Eksploitasi Perempuan dalam Iklan

    Media massa merupakan salah satu hal penting dalam era globalisasi yang bisa memberikan informasi mengenai kebutuhan individu. Terdapat banyak jenis wadah informasi  seperti iklan, selebaran dan pamflet. Iklan merupakan salah satu media massa yang menyajikan konten secara audio visual sehingga  lebih efektif dan menarik untuk menggait konsumen.
     Membahas tentang iklan, saat ini perempuan menjadi obyek atau role model yang paling sering digunakan untuk mempromosikan suatu produk. Dari produk  masuk akal sampai yang absurd, maksudnya, produk iklan yang dibintangi perempuan mulai dari produk kecantikan, kesehatan, konsumtif itu masih masuk akal karena berkaitan langsung dengan peran perempuan. Namun yang membuat saya terheran, ketika iklan mobil mengapa menggunakan perempuan disampingnya, hal itu malah menimbulkan perspektif yang berbeda, seolah  perempuan dijadikan sebagai obyek untuk memperindah saja. Dengan menampilkan perempuan berpakaian seksi dan terbuka, yang menjadikan daya tarik konsumen semakin tinggi.
     Secara tak langsung iklan tersebut ingin mengeksploitasi perempuan, yaitu menampilkan keindahan pada tubuhnya. Iklan tersebut bisa menarik konsumen karena menampilkan kondisi fisik wanita, sehingga memiliki daya tarik tersendiri.
Namun saat ini, eksploitasi perempuan sudah semakin tidak wajar, pasalnya iklan Maybellin pun perempuan dijadikan model dengan mengenakan pakaian belahan, padahal produk iklannya tentang lipstick.            Sepertinya hanya wanita saja yang dieksploitasi mungkin penyebabnya ada anggapan jika wanita lemah dan memiliki nilai jual tinggi dari penampilan fisiknya sehingga mengahsilkan keuntungan atau jadi bahan obyek untuk menyenangkan mata saja.
      Memang wanita diberi keistimewaan oleh Tuhan seperti permata yang semestinya dijaga, bukan untuk di eksploitasi dan dijadikan keuntungan sebagai penghasil pundi-pundi uang. Dan saya tidak setuju ketika media iklan terlibat dalam mengeksploitasi wanita, karena secara tak langsung stigma masyarakat menganggap perempuan pantas diperlakukan demikian.
      Memang tak mudah untuk menghapus stigma yang beredar di masyarakat, kalaupun ingin menghapus stigma itu semestinya masyarakat mulai memperlakukan wanita dengan mengedepankan martabat dan norma sosial yang lebih memanusiakan.
     Akibatnya dengan adanya obyektifikasi menyebabkan perempuan menjadi gelisah dan kurangnya rasa percaya diri. Ketika menjadi obyektifikasi maka yang dilihat adalah fisiknya. Sehingga wanita dituntut untuk tampil sempurna dan ketika ekspektasi perempuan tidak tercapai akan berdampak depresi. Selain itu  wanita akan menjadi sosok yang digambarkan oleh masyarakat dan menjadi konsumtif.
      Dalam dunia internasional hak-hak tentang wanita terdapat dalam deklarasi Konfrensi PBB tentang wanita di Beijing, September 1995 menyatakan jika kendala besar bagi kaum perempuan dalam perjuangannya memeproleh kedudukan yang selayakanya dalam masyarakat, adalah citra negatif yang ditampilkan media massa, khususnya dalam iklan-iklan.
     Dan dari beberapa sumber yang saya baca tentang komnas perempuan di Indonesia lebih fokus kepada pelecehan seksual dan belum menangani kasus eksploitasi apalagi dalam media massa seperti iklan.  Sebenarnya hal ini yang luput dari kita semua, terlalu menganggap remeh tentang eksploitasi perempuan dalam iklan, menganggap yang demikian itu adalah sesuatu yang sudah lumrah terjadi dan menjadi tradisi masyarakat.
     Di lingkungan kita memang tidak pandai mencegah dan memilih untuk mengobati. Bukankah saat kita berani melakukan sesuatu berawal dari melihat sesuatu terlebih dahulu. Begitulah awal mula kasus-kasus pelecehan seksual bisa terjadi karena eksploitasi perempuan yang tidak putus-putus di tampilkan dalam iklan. Mengingat di awal tadi sudah dijelaskan, iklan adalah salah satu wadah komersil yang ditujukan pada masyarakat.       Masyarakat tidak mungkin memilih dan memilah konten yang baik, secara tidak langsung yang dilihat akan dinikmati sebagaimana wajarnya iklan.
Maka dari itu menurut saya lebih baik jika iklan tersebut tidak menunjukkan bagian tubuh wanita, dalam artian hanya memproduksi iklan saja tanpa mengumbar tubuhnya, jadi mengenakan pakaian yang sewajarnya saja. Dan lebih baik masyarakat tidak mengaitkan peran domestik seorang wanita dengan iklan. Bukankah semestinya perempuan dijaga dan dipandang dengan hormat.

Retardasi mental

Kesehatan merupakan salah satu anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri tanpa kesehatan manusia tak akan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Bagi saya arti sehat tidak hanya terletak pada fisik belaka, tetapi juga sehat secara jasmani dan rohani. Kesehatan rohani juga penting untuk keseimbangan jiwa, ketika seseorang mengalami ganggungan dalam jiwanya maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan, sebagaimana yang terjadi pada mereka yang memiliki  kondisi keterbelakangan mental atau kecerdasan yang di bawah rata-rata.
Kondisi kesehatan itu sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari. Sepupu saya adalah salah satu dari mereka yang memiliki keterbelakangan mental sejak lahir. Sebenaranya, kelainan mental dapat disebakan oleh berbagai macam sebab, di antaranya kecelakaan saat mengandung, kelainan genetik ,atau bahkan penyakit.
Sayangnya, kondisi semacam sepupu saya itu, sering disalah artikan oleh masyarakan setempat. Pemikiran yang mengaitkan kondisi mental dengan mitos-mitos setempat masih banyak diyakini masyarakat. Akibatnya, beredar segala macam praduga dan pandangan miring, seperti terkena jampi-jampi. Namin, mitos yang paling diyakini adalah kondisi tersebut merupakani karma yang disebabkan perbuatan orang tuanya di masa lalunya. Karma itulah yang mengakibatkan kondisi tak lazim pada si anak.
Di masyarakat seringkali orang yang memiliki keterbelakangan mental dianggap lebih rendah dibandingkan dengan orang pada umumnya, sehingga diperlakukan seenaknya saja. Terkadang perlakuan yang sama didapatkan pula dari keluarga sendiri seperti dipasung agar tidak mengganggu warga lainnya atau sekedar untuk menyembunyikan aib anak mereka. Seringnya, keluarga merasa malu ketika salah satu anggota keluarganya memiliki keterbelakangan mental lantaran pandangan masyarakat yang menganggap ha tersebut merupakan sebuah bencana atau karma.
Pada akhirnya, ketika seorang penyandang dipasung maka semakin bertambahlah derita yang didapat. Selain tak mendapat kebebasan, ia juga akan kehilangan teman serta mempersempit potensinya untuk berkembang. Rasanya, pemasungan kurang tepat apabila diterapkan kepada  mereka yang mengalami keterbelakangan mental. Sebab selain bertentangan dengan hak asasi sebagai manusia,  rasanya lebih baik jika mereka dibiarkan membaur dengan masyarakat sekitar, tentu dengan pengawasan.
Sebab bagaimana pun, mereka tetap membutuhkan interaksi sosial untuk perkembangan otaknya. Selain itu mereka juga perlu untuk memahami lingkungan sekitar dan yang paling penting adalah pendidikan. Memasing mereka tak ubahnya merenggut kebebasan dan hak mereka sebagai manusia.
Meskipun memiliki kecerdasan dibawah rata-rata, namun bukan berarti mereka tak memiliki potensi untuk mengembangkan diri. Malahan, Sering dari anak yang memiliki keterbelakangan mental meraih penghargaan, di berbagai kacah perlombaan. Maka dari itu, masri berhenti memandang mereka dengan sebelah mata.
Oleh karena hal-hal itu, salah apabila di antara kita masih mengucilkan mereka. Sebab, seyogyanya mereka membutuhkan dukungan dan pengertian untuk terus berproses dan mengembangkan dirinya. Untuk mewujudkan itu, pandangan miring maupun mitos yang kita sematakan pada mereka maupun keluarganya perlu segera dihapuskan. Pengucilan, intimidasi, dan kekerasan baik verbal maupun non verbal yang sering didapat orang-orang berkebutuhan khusus tersebut mesti kita cegah.
Sebab, pada hakikanya kita dan mereka adalah sama. Kita dan mereka adalah manusia yang  menikmati kebabasan dan hak-hak sebagai manusia.

The Chalk Giant

What do you know? The story tells about the giant sibling who have a unique names. The female giant was called Shine bacause she...