Jumat, 29 Mei 2020

Silaturahmi di tengah Covid-19

Hari raya Idul Fitri identik dengan silaturahmi. Akan tetapi di tengah-tengah Hari Raya Idul Fitri nanti  akan berdampingan dengan wabah Covid-19 yang tak berkesudahan. Wabah tersebut menyebabkan orang-orang tidak bisa melakukan silaturahmi ke sanak saudara, guna mencegah tertularnya wabah Covid-19. 
Di sisi lain, silaturahmi memiliki makna bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Silaturahmi sudah seperti budaya yang mengakar sejak turun temurun. Dengan menjalin silaturahmi bisa mempererat hubungan keluarga, bisa menghilangkan rasa cemas, dan menambah teman. Jadi kegiatan silaturahmi sangat dianjurkan sebab memiliki dampak positif bagi kehidupan, seperti dalam anjuran Q.S An-nisa ayat 1.

Akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan pemerintah yang melarang kegiatan silaturahmi dan menganjurkan untuk melakukan silaturahmi secara online. Seperti yang kita ketahui, tidak mudah untuk melakukan silaturahmi online banyak hambatan yang terjadi seperti sinyal buruk atau fasilitas gadget yang kurang menunjang. Adapun beberapa orang tua yang belum tentu bisa menggunakan gadget. Lagipula melakukan silaturahmi online akan tercipta jarak, dan saya yakin para manusia lebih disibukkan dengan waktunya, lupa sanak saudara.

Lalu, jika tujuan silaturahmi online dilakukan guna mengurangi jumlah korban Covid-19, tentu tidak dibenarkan. Yang saya ketahui, Covid-19 sama seperti flu biasa yang sering terjadi, tanpa perlu dibesar-besarkan, dan ditakuti. Bukan bermaksud meremehkan, tapi nyatanya yang terjangkit flu tersebut orang-orang yang lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit kronis, dalam artian bukan murni karena Covid-19. Pemerintah terlalu berlebihan dalam menyikapi Covid-19, sehingga masyarakat ketakutan.

Saya lebih memilih melakukan silaturahmi seperti pada umumnya, bukan daring. Ada banyak solusi yang ditawarkan guna mencegah penyebaran tanpa perlu meniadakan silaturahmi. Caranya seperti masing-masing individu membawa handsanitazer atau tuan rumah menyiapkan air dan sabun depan rumah, menggunakan masker, salaman jarak jauh, dan sebagainya.
Di realitanya banyak orang yang tetap melakukan mudik untuk mengunjungi sanak keluarga di desa. Bahkan alat transportasi umum sudah ramai oleh para pemudik, bisa disimpulkan bahwa masyarakat tidak takut tertular dan tahu bagaimana cara mencegah Covid-19. Dan sepertinya kebijakan pemerintah mengenai silaturahmi secara online gagal.

Semestinya pemerintah bisa memberikan solusi yang lebih relevan dan sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Bukan memberikan solusi yang dengan cara online. Jika pemerintah tetap menyalahkan Covid-19, tentu akan sia-sia. Ya mengingat masyarakat Indonesia nakal-nakal. Pemerintah terlalu berlebihan dalam menanggapi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat overthinking. Lagipula kegiatan silaturahmi itukan baik dan setiap kebaikan akan diberi kemudahan oleh Tuhan. Untuk apa mengkhawatirkan sebuah wabah. Wabah tetaplah wabah.

Sedang bagi pemerintah daerah yang menerapkan kebijakan silaturahmi secara online. Alangkah baiknya jika pemerintah daerah setempat memberikan fasilitas berupa Wi-Fi atau paket data gratis guna menunjang kelancaran pelaksanaan silaturahmi. Atau pemerintah daerah memberikan sosialisasi kepada warga, sebab ada warga yang belum mengetahui kebijakan tersebut. Selebihnya dibutuhkan pengertian antara pemerintah dan masyarakat guna mencapai keberhasilan adanya kebijakan tersebut. Ini demi kemaslahatan seluruh umat manusia.

Akan tetapi sangat disayangkan, jujur saya tidak sependapat dengan kebijakan pemerintah seperti itu. Untuk apa diberlakukan silaturahmi secara online, tak ada salahnya meluangkan waktu sejenak untuk mengunjungi keluarga. Tak perlu berkunjung di keluarga jauh. Sebaiknya jika ada  berkunjung dan meminta maaf ke keluarga terdekat lebih dahulu, untuk keluarga yang berjauhan bisa menyusul di hari kedua atau ketiga. Semoga wabah Covid-19 segera berakhir sebelum hari raya Idul Fitri tiba.

The Chalk Giant

What do you know? The story tells about the giant sibling who have a unique names. The female giant was called Shine bacause she...